Amartha: UX Case Study — Gold Investment Feature

FAUZAN PRADANA LINGGIH
11 min readNov 28, 2021

--

Selamat Pagi/Siang/Malam semuanya!

Apa kabar nih teman-teman semua? Mudah-mudahan baik-baik saja ya.

Setelah sebelumnya saya menulis UX Case Study mengenai platform belajar online yaitu SKole, kali ini saya akan kembali membahas karya terbaru saya yaitu UX Case Study Amartha dengan fitur utama yang akan saya bahas adalah fitur investasi emas.

Tapi pertama-tama,

Disclaimer

“Proyek ini adalah program dari Skilvul. Tepatnya adalah salah satu bagian dari program Skivul Virtual Internship yang berpartner dengan beberapa perusahaan. Salah satunya adalah Amartha. Sehingga saya mengerjakan proyek ini di bawah naungan Skilvul.”

Apa itu Amartha dan apa latar belakang dibaliknya?

Amartha adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi, khususnya adalah investasi p2p landing yang bermaksud untuk memberi wadah para lender untuk berinvestasi kepada para pejuang UMKM di Indonesia. Kemudian setelah program tersebut berjalan, pihak Amartha mempunyai buah pikiran baru yaitu untuk menciptakan fitur baru, yaitu investasi emas.

Munculnya ide akan fitur investasi emas ini didasari oleh banyaknya uang para user yang mengendap cukup lama pada aplikasi, karena sistem p2p landing yang diterapkan itu mengembalikan uang kepada user secara bertahap, sehingga terkadang user merasa sayang untuk menarik uang tersebut karena masih dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu, Amartha mencetuskan ide fitur investasi emas online untuk memutarkan uang para user yang mengendap selagi menunggu uang dari p2p landing selesai terkumpul.

Objective dari perombakan

Berdasarkan latar belakang tersebut, saya dan tim saya ditugaskan untuk mencoba mengusulkan solusi dan desain dari solusi yang akan kami usulkan. Dengan:

Tema : Investasi Online

Platform : Mobile Application

Kami berdiskusi dan akhirnya membuat beberapa usulan dengan cakupan bisnis sebagai berikut:

Cakupan Proses Bisnis :

  • Investasi Emas
  • Loyalty Program
  • Referral Code
  • Portofolio Planner

Roles & Responsibilities

Dalam proses pengerjaan ini, saya dibantu oleh dua orang teman saya yaitu:

  • Ariq Idris Annaufal
  • Muhammad Zayyan Nurfauzi

Kami semua mempunyai role yang sama yaitu merangkap sebagai Full Stack UI/UX Designer. Berikut adalah proses desain yang kami lewati:

Design Process

Dalam proses pengerjaan design process ini, saya menggunakan sebuah metode yang biasa dikenal dengan Design Thinking

Untuk design thinking ini sendiri akan mencakup 5 tahap yaitu : Empathize — Define — Ideate — Prototype — Test.

Untuk lebih lengkapnya, saya akan menjelaskan apa saja yang saya lakukan pada tiap tahap tersebut, dimulai dari:

Tahap Empathize

Pada tahap ini, Saya dan tim saya mendiskusikan lebih lanjut dengan tim kami mengenai apa permasalahan utama yang akan kami bahas. Dikarenakan Amartha sendiri sudah memberikan latar permasalahan dengan cukup jelas, kami juga ikut menggunakan latar belakang tersebut dan juga mencari aspek-aspek mana lagi yang rasanya juga bisa kami tingkatkan. Hal ini perlu dilakukan agar kami bisa lebih tahu mengenai tujuan dan target pasar dari aplikasi kami sehingga kami dapat memutuskan metode apa yang tepat untuk kami ambil.

Dari riset yang telah dilakukan, ditemukan bahwa target user dari aplikasi kami mempunya ciri-ciri sebagai berikut:

  • Umur : 18–55 tahun
  • Profesi : Mahasiswa/Karyawan/karyawati/Pedagang/Pebisnis UMKM
  • Bahasa : Indonesia
  • Level ekonomi : Menengah ke atas
  • Tertarik dengan Investasi

Kemudian, riset tersebut juga mengatakan bahwa masalah yang biasa dihadapi oleh user tersebut adalah:

  • Uang User banyak mengendap di Aplikasi
  • User ingin menarik uang namun sayang karena uang belum sepenuhnya kembali

Selain yang diberikan oleh Amartha, kami juga melakukan secondary research dengan 3 metode, yaitu melihat review, membaca artikel, dan juga hands on langsung pada aplikasinya. Dari 3 metode tersebut, kami mendapatkan hasil sebagai berikut:

Setelah mendapatkan hasil riset tersebut itu, pada tahap selanjutnya saya melakukan:

Tahap Define

Dari hasil riset sebelumnya, kami melakukan brainstorming untuk mencoba mendefinisikan masalah-masalah apa saja yang perlu kami selesaikan dengan lebih jelas dan juga melakukan proses How-Might-We.

Tahap pertama yang perlu kami lakukan adalah mendefinisikan beberapa pain point yang kami rasa ada pada permasalahan ini. Penjelasan simple dari proses ini adalah kami mencoba untuk menjawab pertanyaan “Kok bisa ya masalah ini ada di aplikasi kami?”

Nah dari pertanyaan tersebut, akhirnya kami berhasil mengumpulkan cukup banyak pain point seperti ini:

Pain point di atas adalah hasil diskusi kami dengan dasar-dasar permasalaahan yang sudah sebelumnya diberikan oleh pihak Amartha

Kemudian setelah kami selesai mendefinisikan beberapa pain point, kami melanjutkan ke tahap How-Might-We, di mana kami mengusulkan beberapa ide mengenai “Hal apa yang harus kita lakukan” untuk mengatasi pain point yang sebelumnya sudah kami buat.

Karena anggota tim saya berjumlah 3 orang, maka tiap anggota mengusulkan satu ide dan kemudian kami akan melakukan voting untuk menentukan mana usulan yang terbaik yang akan kami bawa ke tahap selanjutnya.

Namun, sepertinya kami masih kurang tepat dalam membentuk How Might We kami. Sehingga, kak Dhea memberikan saran dengan menggunakan How Might We sebagai berikut:

“Membantu user untuk berinvestasi melalui aplikasi online dengan fitur yg menarik serta secure yg tinggi sehingga user lebih merasa aman dan menyenangkan saat berinvestasi”

Tahap Ideate

Setelah sebelumnya kami sudah menentukan How-Might-We apa yang ingin kami bawa, kami mulai untuk mengembangkan ide-ide yang harus kami lakukan berdasarkan solusi yang telah kami pilih.

Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu kami lakukan adalah:

  • Memulai brainstorming ide berdasarkan How-Might We
  • Brainstorming ide solusi yang akan diberikan
  • Membuat gambaran kasar(wireframe) dengan Crazy-8’s

Dimulai dari brainstorming ide, kami mencoba menuliskan semua solusi yang terpikirkan oleh kami untuk mengatasi masalah yang ada pada aplikasi kami. Beriku adalah hasil dari brainstorming kami:

Kami membuat cukup banyak ide solusi, tepatnya adalah 22 ide solusi. Setelah semua ide di atas dibuat, kami mulai mengelompokkan ide-ide tersebut ke dalam kategori-kategori yang sesuai.

Kategori-kategori yang kami buat di antara lain adalah kategori sosial, investasi emas, jaminan keamanan investasi, pembayaran, gamifikasi, struktur desain, dan investasi general.

Setelah kami mengkategorikan solusi-solusi tersebut, kami memasukkannya ke dalam matriks prioritas di mana kami menentukan kira-kira apakah kategori ini sangat penting untuk dilakukan atau sebuah solusi yang bisa kami implementasikan belakangan. Matrik prioritas yang kami buat adalah seperti berikut:

Dari sana kami mendapatkan solusi-solusi apa saja yang harus kami lakukan sekarang juga, hingga solusi yang menurut kami bisa dikebelakangkan terlebih dahulu berdasarkan nilai solusi tersebut.

Setelah itu, kami masuk ke tahap Crazy-8’s. Di mana kami mencoba bereksplorasi dan mengekspresikan ide kita menjadi sebuah wireframe yang kami gambar manual pada kertas untuk memaksa otak kita berfikir kreatif hingga akhirnya dapat menemukan mana ide design yang paling cocok untuk fitur tersebut. Crazy-8’s yang kami buat adalah sebagai berikut:

Pada tahap ini, setelah kami selesai melakukan sketsa wireframe yang ingin kami buat, kami juga saling memberi masukan dan memilih mana design yang kira-kira paling bagus dari 8 design yang telah kami gambar.

Setelah kami melakukan brainstorming sampai tahap ini, kami melanjutkannya ke tahap selanjutnya, yaitu:

Tahap Prototyping

Pada tahap ini, beberapa hal yang saya lakukan di antaranya adalah:

  • Mendesain interface dari hasil Crazy 8’s
  • Menyusun UI menjadi sebuah flow proses yang sesuai dengan ide solusi
  • Membuat prototype yang dapat digunakan untuk Testing

Pada intinya, pada tahap ini kami akan memvisualisasikan ide-ide tadi hingga menjadi sebuah prototype produk yang siap untuk ditest pada orang yang termasuk target user aplikasi Amartha.

Step pertama dalam tahap ini adalah membuat userflow untuk tiap fitur yang ingin saya buat. Pada kali ini, fitur yang akan saya garap adalah:

  1. Fitur Gold Investment

Userflow ini menjelaskan bagaimana step-step yang akan dilalui oleh user dalam saat ingin membeli investasi emas. Dari mulai menentukan jumlah pembelian, memilih portofolio, mengaplikasikan promo, hingga

2. Fitur Referral Code

Userflow ini menjelaskan bagaimana step-step yang akan dilalui oleh user dalam proses user menyebarkan kode referral mereka pada para calon user Amartha yang mereka ajak.

3. Fitur Loyalty Program

Userflow ini menjelaskan bagaimana step-step yang akan dilalui oleh user dalam memantau statusnya di dalam program loyalty program yang disediakan oleh Amartha (Usulan)

4. Fitur Portofolio Planner

Userflow ini menjelaskan bagaimana step-step yang akan dilalui oleh user dalam membuat portofolio baru dengan perencanaan yang baru seperti liburan, tabungan, dana pensiun, dll.

Setelah userflow berhasil dibuat, saya mulai mencoba untuk membuat wireframe untuk beberapa halaman yang nantinya akan saya buat dalam bentuk UI Design. Beberapa Wireframe yang telah sayabuat adalah sebagai berikut:

Setelah saya membuat wireframe, saya mulai untuk membangun sebuah Design System yang akan saya gunakan dalam membuat UI Design aplikasi saya. Awalnya saya merasa proses ini akan cukup rumit karena saya belum pernah membangun design system secara proper dan hanya langsung memulai design. Namun, setelah mencoba membuat dan mengimplementasikan penggunaannya, saya rasa saya perlu mengimplementasikan hal ini ke semua design yang saya buat. Karena design system yang terstruktur membuat saya bisa melakukan proses design menjadi lebih efektif dan efisien.

Design System yang saya bentuk adalah sebagai berikut:

Setelah design system siap digunakan, saya mulai untuk membuat UI Design aplikasi Amartha ini sesuai fitur-fitur yang saya perlukan dan wireframe yang sudah saya buat sebelumnya.

kami mencoba menyusun UI Design System saya dengan struktur terbaik yang saya bisa lakukan. Berikut adalah beberapa design halaman yang sudah kami buat:

Setelah saya selesai mengerjakan semua UI Design dari semua halaman yang saya perlukan, saya mulai merangkai UI Design tersebut ke dalam bentuk high-fidelity prototype. Untuk memperjelas alur prototypingnya, kami membaginya menjadi 4 alur sesuai jumlah fitur yang saya sebutkan sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya, kalian bisa mencobanya sendiri di sini:

Atau kalian bisa mengunjunginya langsung dengan mengklik tulisan ini

Setelah semua proses UI Design dan Prototyping selesai, maka saya melanjutkan ke tahap:

Tahap Testing

Pada tahap ini, hal-hal yang akan saya lakukan adalah:

  • Mengevaluasi setiap ide solusi dengan testing
  • Melakukan interview/online survey untuk testing

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan feedback secara langsung dari orang-orang yang saya rasa masuk dalam kategori target user yang sudah saya rancang. Nantinya bahan feedback tersebut akan dijadikan bahan evaluasi untuk menilai apakah diperlukan perbaikan terhadap desain yang sudah kita buat atau tidak.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin bahwa kita akan mengulang siklus design system dari tahap awal kembali karena bisa jadi ditemukan permasalahan-permasalahan baru ketika responden diberikan kesempatan untuk mencoba produk yang sudah kita design.

Pada tahap ini, metode yang saya lakukan adalah in-depth interview dan juga skala tingkat kegunaan yang saya gunakan adalah SUS atau System Usability Scale. Terima kasih banyak kepada Rachma Hermawan yang sudah memediasikan saya dengan calon responden, yang di mana calon respondennya tersebut adalah kakaknya, yaitu Kak M. Ikhsan Hakim

Kemudian pada Interview tersebut, saya akan memberikan beberapa skenario yang harus dilakukan oleh teman saya dengan cara menjalankan prototype figma yang telah saya buat. Terdapat 4 skenario, sesuai jumlah fitur yang saya kerjakan. Skenario tersebut adalah:

Berikut adalah foto saat responden mempraktekkan skenario-skenario di atas:

Kemudian di setiap skenario tersebut, saya juga mengajukan beberapa pertanyaan, dan berikut adalah feedback dari responden untuk tiap skenario:

Setelah mempersilahkan responden menggunakan prototype tersebut sesuai 4 skenario yang telah dibuat, saya juga menanyakan 10 SUS question yang di mana 10 pernyataan tersebut adalah:

Bisa dilihat bahwa dari 10 pernyataan tersebut, terdapat 5 pernyataan negatif dan 5 pernyataan positif. Untuk melakukan penilaian, poin yang didapatkan dari pernyataan positif adalah ( skor dari responden — 1 ) sedangkan untuk pernyataan negatif adalah ( 5 — skor dari responden). Kemudian total poin dikalikan 2.5 untuk dinormalisasi menjadi skala 0–100.

Pada tes kali ini, prototype saya akan memenuhi syarat jika poin yang saya dapatkan lebih dari 49. Berikut adalah hasil hitung SUS yang saya dapatkan:

Dan dapat disimpulkan bahwa prototype yang saya buat telah memenuhi syarat dengan total poin 90.

Setelah semua ditanyakan, maka berakhirlah sesi interview saya dan teman saya.

Selain interview yang saya lakukan, teman-teman saya juga masing-masing melakukan interview dengan responden yang berbeda, dan berikut adalah hasil skor SUS yang mereka dapatkan:

Setelah mendapat semua feedback, kami akan menggunakan feedback tersebut untuk meningkatkan kualitas design produk saya.

Iterasi Desain

Setelah melakukan interview pada beberapa responden, kami mendapatkan cukup banyak feedback mengenai desain yang sudah kami buat. Dari feedback-feedback tersebut, kami membuat iterasi desain, di mana kami memanfaatkan feedback-feedback tersebut untuk memperbaiki desain kami. Beberapa desain yang berubah adalah sebagai berikut:

Beberapa perubahan yang dilakukan antara lain adalah memindahkan button untuk memilih portofolio dan promo ke halmaan yang berbeda yang setelah didiskusikan, sepertinya akan lebih cocok secara flow. Kemudian perubahan kedua adalah merubah tampilan home menjadi lebih padat agar section atau tombol beli tidak terlalu tenggelam di bawah halaman.

Kesimpulan

Dari proses desain yang sudah kami lalui, kami telah membuat bebebrapa usulan fitur baru yang kami rasa akan cukup berpengaruh. Tak lupa, kami juga telah mencoba mengubah agar tampilannya lebih mengikuti arus tren saat ini dengan merombak habis tampilan home dari aplikasi Amartha ini. Kemudian, dari fitur loyalty program yang kami usulkan tersebut, kami berharap fitur ini dapat menjaga ketertarikan pengguna Amartha. Begitu juga fitur referral code yang diharapkan dapat menambah jumlah user Amartha ke depannya.

Nah, akhirnya selesai deh tulisan saya mengenai apa saja yang saya lakukan pada project ini. Penasaran kelanjutannya bagaimana? Terus pantengin medium saya ya untuk menunggu update selanjutnya!

Kalau mau follow juga makasih loh, hihi.

Terima kasih semuanya, sampai jumpa!

--

--